Galeri Pensil Patah
Hanyalah satu di antara koleksi pensil yang ia patahkan.
Pensil itu berbahagia.
Merangkai kata tiap harinya.
Tak ada satu pun kata yang luput.
Titik, koma juga ikut.
Sayang, pensil itu bukanlah pena.
Yang sedikit saja tintanya mengena.
Menghilangkannya butuh waktu lama.
Apalagi dibiarkan saja.
Coretanmu mudah sekali dihapus.
Sebentar saja grafitnya pupus.
Pantas.
Kau tidaklah menulis di atas kertas.
Aku kira pensil itu spesial.
Segelintir saja yang berani mengukir sekuat-kuatnya hingga tangan pun dikepal.
Nyatanya tidak, hanyalah satu di antara koleksi pensil yang ia patahkan.
Padahal semua orang sudah memperingatkan.
Mau sampai kapan?
Tak ada yang tahu.
Yang pasti hanya satu.
Pensil itu akan tetap menulis.
Hingga dirinya habis.